Kamis, 19 Agustus 2010

Puasa sebagai Pengejawantahan Kesabaran

Ramadhan sebagai Bulan Kesabaran
oleh: H.Asrul Hoesein

Salah satu kewjiban Muslim adalah berpuasa selama bulan Ramadhan, disamping kewajban lainnya seperti shalat, zakat, haji, dll. Bulan Ramadhan adalah bulan kesembilan berdasarkan kalender Hijriah dan pada tahun Masehi 2010 ini jatuh pada bulan kedelapan (agustus).



Ada beberapa orang yang mendapat pengecualian dalam berpuasa; yaitu orang yang bepergian jauh (musafir), dan orang lanjut usia yang tidak mampu lagi berpuasa. Namun, kita boleh meninggalkan puasa sepanjang alas an meninggalkannya dibenarkan syariat. Orang yang tidak berpuasa karena alas an sakit atau bepergian jauh harus mengganti puasa sebanyak yang ditinggalkannya ketika ia sembuh dari sakit atau sudah kembali dari perjalanannya. Orang yang melanggar puasa wajib tanpa alas an yang dibenarkan harus menanggung resiko sesuai dengan bentuk planggarannya.

Selain puasa wajib pada bulan Ramadhan diatas, ada juga puasa lain yang disunnahkan, antara lain: puasa tiga hari setiap bulan, puasa Arafah (9 Dzulhijjah), puasa Rajab dan Syaban, puasa hari pertama dan kesepuluh pada bulan Muharram.

Puasa digambarkan seperti menahan diri (sabar). Allah Swt dalam firman-Nya; “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa (QS Al Baqarah [2]: 183)

Puasa adalah menahan diri dari aktivitas makan, minum, merokok, dan bersetubuh sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Rasulullah Muhammad Saw, menggambarkan bulan Ramadhan sebagai bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga.  Ramadhan juga digambarkan sebagai bulan untuk memperbanyak kebaikan bagi kaum beriman.

Diantara amal yang mencerminkan kesabaran selama Ramdhan adalah menghatamkan Al Quran dengan penuh kesabaran dan penghayatan merupakan ibadah utama Ramdhan.

Seluruh kaum Muslim, baik kaya maupun miskin, memiliki kewajiban yang sama dalam menjalankan puasa Ramdhan. Tidak diragukan bahwa orang-orang yang menjalankan puasa akan semakin baik kesehatannya, baik secara fisik maupun psikis. Sebab, selama berpuasa, mereka teratur dalam mengonsumsi makanan. Keteraturan ini memberikan pengaruh pada kesabaran sebagai kepribadian yang menekankan keseimbangan . Inilah salah satu hikmah ibadah puasa, selain pahala, yang Allah telah janjikan kepada hamba-Nya yang melaksanakan kewajiban puasa secara ikhlas.

Dalam berpuasa, kita juga menemukan sabar dalam pengendalian diri dan tobat. Upaya pengendalian diri yang tercermin dalam ibadah puasa bukanlah hal yang baru. Sebab, orang-orang sebelum kita juga berpuasa sebagai pengendalian diri (sabar). Pengekangan hawa nafsu merupakan bukti ketaqwaan. Karena itu kita perlu mengendalikan kebutuhan biologis serta tidak memuaskan diri dengan tuntutan-tuntutannya. Dengan keimanan, kita dapat mencapai tingkat pengendalian diri atau kesabaran. Dan, Ramadhan merupakan bulan kita melatih pengendalian hawa nafsu itu.

Selama berpuasa Ramadhan, sesungguhnya kita sedang membiasakan diri bersabar. Kita juga bersabar dalam merenungkan firman-firman Allah dan melantunkan ayat-ayat suci-Nya yang diturunkan pada bulan yang agung ini pula. Di sela-sela kita memperteguh hubungan spiritual dengan Pencipta, sesungguhnya kita memelihara diri dari segala kelemahan kepribadian kita. Puasa dan shalat merupakan dua sarana yang dapat meningkatkan kualitas kepribadian kita, termasuk kualitas kesabaran kita dalam mengendalikan hidup dan kehidupan ini.

Sebagaimana kita ketahui, hawa nafsu dan syahwat duniawi dapat menurunkan derajat kemuliaan manusia. Untuk itu, kita mesti berpuasa, menguatkan tekad, dan mengerahkan daya untuk mengendalikan hawa nafsu dan syahwat duniawi. Dalam proses selanjutnya, kita akan mencapai kesabaran dan ketabahan dalam memerangi semua keburukan. Dengan cara inilah sabar menjadi tombak perjuangan menghadang keburukan. Bersamaan dengan pembasaan shalat, kita akan menemukan petunjuk ke jalan keselamatan. Insya Allah….Selamat berpuasa…Amin.

Tidak ada komentar: