Jumat, 06 Agustus 2010

Solusi Sampah Kota Tanpa TPA, Mungkinkah ?

Inilah gambar TPA Leuwigajah, yang pada 21 Februari tahun 2005 lalu menghebohkan karena tumpukan sampah di TPA ini longsor dan menyebabkan kematian lebih dari 200 jiwa manusia. Derita manusia akibat tragedi Leuwigajah belum berakhir, di banyak kota kini kesulitan mencari lokasi TPA. Trauma kematian menyadarkan masyarakat akan bahaya dari ancaman longsor, bau sampah tiap hari dan tercemarnya air tanah kedalam sumur penduduk serta ancaman penyebaran bibit penyakit lainnya dari sumber sampah. Lalu, bagaimana sebuah kota tanpa TPA ? Mungkinkah ?
Dengan sulitnya mendapatkan lokasi TPA, menyebabkan adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah Kota dalam pengelolaan sampah di berbagai wilayah. Keadaan ini telah memberikan peluang usaha baru bagi kelompok usaha mikro maupun koperasi di wilayah RT/RW guna memanfaatkan sampah menjadi barang daur ulang seperti barang alat rumah tangga, mainan anak, kompos maupun kriya kerajinan (handicraft). Pengusahaan daur ulang sampah menjadi barang berharga akan memberi manfaat guna meningkatkan kesehatan dan keindahan kota, mengisolasi penyebaran bau tidak enak (polusi) di lokasi TPS serta mengatasi penumpukan sampah sebagai akibat dari sarana angkutan sampah selama ini yang kurang efektif dan efisien. Disamping manfaat diatas, secara jangka panjang, usaha pengolahan sampah secara swakelola akan memberikan insentif ekonomi kepada semua pihak yang berperanan sehingga merupakan pendorong bagi perobahan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan, keengganan petugas membawa sampah ke TPS tepat waktu serta kebiasaan masyarakat memperlakukan sampah yang suka buang dimana saja menjadi lebih berdisiplin.

Model usaha yang ditawarkan adalah pendirian :
INSTALASI PENGELOLAAN SAMPAH BERMOTOR (IPSB)
Unit usaha ini, selanjutnya disebut Instalasi Pengolahan Sampah Bermotor (IPSB), berorientasi pada layanan dan kepuasan publik guna mendapat keuntungan secara wajar dan memberi perluasan kesempatan kerja serta mengurangi pengangguran. Instalasi pengelolaan sampah kota berada di dekat lokasi lingkungan masyarakat berada. IPSB dilengkapi dengan alat pengolahan sampah berupa :
1. Komposter Rotary Klin untuk mereduksi sampah sekaligus mengolahnya menjadi kompos,
2. kendaraan bermotor Roda Tiga ( berdaya 100 – 150 CC ) untuk fungsi pengumpulan dan pengangkutan serta,
3. fasilitas pengelolaan berupa lokasi di sekitar TPS, fasilitas pengemasan kompos serta pengumpulan bahan-bahan an-organik.
Keuntungan lebih menggunakan motor Roda Tiga dalam IPSB dibanding kendaraan Roda 4 diantaranya :
Mobil Pick Up ( eksisting)
1. Volume back (2 M3)
2. Crew 3 org (sopir + 2 knek)
3. Menunggu di luar lorong
4. BBM 10 ltr/ hari 5. Maintenance mahal
6. Investasi Rp 120.000.000/ untuk 1 kelurahan
7. Kelincahan gerak (rendah/ terbatas)
8. Biaya operasional tinggi
9. SIM ‘A’
Motor Roda Tiga
1. Volume back
2 M3 2. Crew 1 orang
3. Masuk ke lorong
4. BBM 2-3 ltr/ hari
5. Maintenance murah
6. Investasi Rp 15.000.000
7. Kelincahan gerak (tinggi/ luas)
8. Hemat biaya operasional
9. SIM ‘C’
Paket IPSB Green Phoskko® akan terdiri dari dari 1 Unit Motor Roda Tiga ( 100-150 CC ) dan 5 ( lima ) Unit Bio Reaktor (BRM) Rotary klin kapasitas @ 5 m3 (~ 1000 kg) ditambah kelengkapan alat lainnya berupa alat penunjang kerja. Pada kelengkapan satu IPSB ini akan berkemampuan mengangkut dan mengolah sampah sebesar 25 m3/ 5 hari atau setara dengan buangan sampah dari 1000 sd 2.000 Rumah Tangga/ hari. Hasil proses berupa kompos setara dengan 20 % X ( 25 m3 x 0,2 /koefisien berat sampah ) = 1000 kg, plastik sekitar 10 % dari total volume sampah asal atau sekitar 500 kg dan logam serta bahan daur ulang lainnya.
Dalam melaksanakan pengolahan sampah (organik) dapat diikuti tatacara berikut :

Pertama, semua jenis sampah rumah tangga ( plastik, kertas, logam, sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, sisa ikan dan daging) dikumpulkan melalui motor keliling sebagaimana berjalan di level RW saat ini. Masukan SEMUA JENIS SAMPAH secara langsung kedalam Bio Reaktor Type Rotary Klin.
Kedua, Kemudian campurkan penggembur ( balking agent ) Green Phoskko®sebanyak 1-3 % dari jumlah sampah per Bio Reaktor atau setara dengan 10-30 kg untuk 1000 kg sampah organik - seukuran Bio Reaktor (Type Rotary Klin ) dan aduk hingga merata dengan menggerakan pedal pengayuh yang tersedia selama 10-20 menit.

Ketiga, saat terjadinya proses penyerapan penggembur ( balking agent ) kedalam bahan sampah, dilain tempat ( baskom atau ember ke-2) disiapkan larutan mikroba aktivator Green Phoskko® (Compost -Activator). Caranya, ambil 2,5 kg mikroba aktivator kompos dan larutkan dalam air sebanyak 100 - 150 liter. Buat larutan merata, dengan beberapa kali mengaduknya, serta kemudian bisa langsung disiramkan kepada tumpukan bahan atau sampah dalam Bio Reaktor tadi - yang telah diaduk dengan penggembur ( langkah 2 diatas tadi) secara perlahan, sedikit demi sedikit atau terlebih dahulu simpan 2-4 jam akan lebih baik lagi.
Keempat, Dalam beberapa hari kemudian (hari ke 3 atau ke 4) akan terjadi reaksi panas sampai 70 derajat Celcius, jika ada, bisa diukur dengan menggunakan thermometer. Pada saat terjadinya reaksi panas usahakan jangan membuka Bio Reaktor agar terjadi dekomposisi sempurna namun tetap menghembuskan udara melalui kipas angin tersedia disamping Bio Reaktor.
Kelima, pada hari ke 5- 6, reaksi dekomposisi dalam Bio Reaktor Rotary Klin akan selesai dan saat tersebut sampah bisa dikeluarkan dengan cara memutar Bio Reaktor Rotary Klin dengan pintu mengarah kebawah/ lantai . Sampah terdekomposisi tersebut masih basah, lengket dan lembab sehingga guna membuat kering perlu disimpan di tempat teduh ( tanpa sinar matahari) namun tetap kena angin serta tutup dengan karung kemasan untuk diangin-anginkan. Maka dalam beberapa hari kemudian (umumnya 3-5 hari) sampah terdekomposisi yang asalnya basah akan menjadi kering dan gembur. Sampai tahap ini, tujuan mereduksi sampah dari kamba ( voluminess) dan bau akan tercapai karena sampah terdekomposisi hanya akan tinggal 10- 20% saja dibanding volume sebelumnya. Disamping terduksi, sampah terdekomposisi akan kering, gembur dan tidak berbau lagi.
Namun proses ini bisa dilanjutkan jika didasarkan pada kepentingan kelayakan ekonomi oleh suatu badan usaha. Sampah terdekomposisi akan menghasilkan kompos mutu rendah (standar 3 atau amilioran menurut standar Departemen Pertanian RI), plastik dan logam lainnya. Dari setiap sampah hasil dekomposisi akan didapatkan sekitar 70 % amilioran dan 30 % anorganik lainnya ( plastik, logam) yang kotor namun tetap layak untuk dijual. Memisahkan amilioran dengan an-organik caranya diayak hingga terpisahkan antara butir kecil, plastik, logam dan bahan amilioran (kompos standar 3) bongkahan ukuran besar. Sebenarnya, kompos berukuran besar bisa ditumbuk atau digunakan mesin Crusher guna menjadikannya butiran halus. Gundukan amilioran ( kompos standar 3) butiran kecil masukan kedalam kemasan sesuai yang direncanakan.
Dengan paket IPSB dan di dukung 1 unit kendaraan bermotor roda 3 akan berperanan besar dalam membantu mengatasi pengelolaan sampah kota di Indonesia.
Sebagai misal, bagi ukuran Kota Bandung dengan volume sampah 7500 m3 akan diperlukan 1500 unit Bio Reaktor kapasitas 5 m3/ hari atau 7500 unit untuk mengolah selama 5 hari terus menerus dengan investasi sekitar 250 juta/ IPSB. Bagi sebuah kota akan menjadi pilihan apakah menginvestasikan uangnya bagi model TPA dengan resiko penolakan warga sekitar ataukah mengembangkan IPSB di kawasan RW/ Komplek Perumahan ?
Keuntungan pengelolaan sampah IPSB Green Phoskko bagi pengelola (UKM maupun PD Kebersihan) adalah pendapatan dari retribusi warga yang dilayaninya dari sekitar 1.000 sd 2.000 rumah tangga tadi atau sekitar Rp. 30 juta per bulan ( asumsi retribusi per rumah Rp 30.000/bulan), realokasi retribusi dan anggaran dari Pemerintah Kota bagi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA - sebagaimana selama ini sekitar Rp 80.000/ ton, penjualan kompos standar 3 ( amilioran), penjualan plastik bekas dan bahan daur ulang lainnya.
Sementara bagi pemerintah kota, IPSB akan memberi manfaat dengan penyerapan tenaga kerja bagi setiap IPSB sekitar 10 karyawan, terdapatnya banyak pengelola yang bersaing memberikan layanan terbaik karena persaingan dalam suatu keadaan sesuai mekanisme pasar, terdapatnya peluang usaha baru skala UKM bagi ribuan UKM dan dengan itu Kota akan bersih.
Kini, pada skala 1 unit / 5 hari atau lebih kecil dari model IPSB @ 5 Unit tengah dikembangkan di  Bandung. Dengan 1 unit Bio Reakor Rotary Klin telah berjalan pembuatan kompos yang digemari para petani. Dalam model ini, berbeda dengan tatacara diatas, yakni dengan memisahkan terlebih dahulu antara organik dan an-organik karena ditujukan khusus membuat kompos yang baik (standar 1).
Karena banyaknya permintaan masyarakat akan keteranganlebih detail maka kami telah menyediakan layanan untuk anda- yang memerlukan info Paket Teknologi ini- di geraionline Klik di sini.

diPosting: H.Asrul Hoesein (Posko Hijau)

Tidak ada komentar: